17 November 2009


Judul : Dimensi Ilmu Dakwah
Penulis : Aep Kusnawan, dkk
Penerbit : Widya Padjadjaran, Bandung, 2009
Tebal : 166 hlm
Harga : Rp. 35.000
No. Kontak Penulis: (022) 7813252-081321235040
e-mail: aep_abufathya@yahoo.co,id

Buku ini mengkoleksi sejumlah pandangan penulisnya dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. yaitu: Aep Kusnawan, M.Ag (Penulis dan Editor buku), Prof. Dr. H. Asep Muhyiddin, M.Ag (selaku pemberi kata pengantar, pakar Ilmu Dakwah juga Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi); Drs. H. Syukriadi Sambas, M.Si (Penulis, pakar pengembang keilmuan Dakwah dan Mantan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi); Dr. H. Asep Saeful Muhtadi, M.A.(Penulis, Inspirator pengembangan Fakultas Dakwah dan Komunikasi), Drs. Enjang AS, M.Si, M.Ag (Penulis muda nan energik); dan Agus Ahmad Safei, M.Ag. (Penulis muda nan produktif).


Buku ini hadir untuk menjawab pandangan umum tentang dakwah yang kadang dipahami sebagai sebuah kegiatan yang sangat praktis, sama dengan tabligh (ceramah). Ceramah sebagai suatu kegiatan penyampaian ajaran Islam secara lisan yang dilakukan oleh para kiyai di atas mimbar. Kegiatan dakwah itu pun dilakukan terbatas hanya di majelis-majelis taklim, masjid-masjid dan mimbar-mimbar keagamaan. Sementara di luar itu, belum dipahami adanya cakupan makna dakwah.

Meski hal itu tidak sepenuhnya keliru, namun sangat penting untuk diluruskan. Hal itu agar dakwah bisa dipahami tidak terlalu sempit, dan juga tidak terlalu bias, namun bisa dipahami secara proporsional, sebagaimana adanya dan sesuai dengan keharusannya.

Sebagaimana Dakwah secara bahasa berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang berarti ajakan, seruan, undangan dan panggilan. Sedangkan secara istilah berarti menyeru untuk mengikuti sesuatu dengan cara dan tujuan tertentu.

Sedangkan jika Qur’an surah al-Nahl (16):125 dipahami, dapat dirumuskan bahwa dakwah adalah sebagai kewajiban muslim mukalaf mengajak, menyeru dan memanggil orang berakal ke jalan Tuhan (Dien Islam) dengan cara hikmah, mauizhah hasanah, dan mujadalah yang ahsan, dengan respon positif atau negatif dari orang berakal yang diajak, diseru dan dipanggil di sepanjang zaman dan di setiap ruang.

Dalam rumusan lain, Dakwah diartikan sebagai proses internalisasi, transmisi, difusi, transformasi, dan aktualisasi penghambaan kepada Allah yang berkaitan dengan sesama manusia yang melibatkan da’i, maudhu, uslub, wasilah, dan mad’u dalam mencapai tujuan tertentu. Hal itu senada dengan Q.S. Al-Maidah : 67, An-Nahl: 44, 125; Al-Ahzab:45, 46; Al-Jum’ah:2.

Dari sejumlah pengertian di atas, dapatlah dipahami bahwa pada intinya arti dakwah tersebut adalah segala aktivitas dan kegiatan mengajak orang untuk untuk berubah dari suatu situasi yang mengandung nilai bukan islami kepada nilai yang islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud perilaku keislaman muslim yang melibatkan unsur da’i, pesan, media, metode, mad’u dan respons. Tujuannya, tidak terlepas dari upaya untuk merubah pemahaman, sikap dan perilaku mad’u ke arah yang sesuai dengan pesan dakwah dalam rangka memperoleh ridha Allah.

Dengan demikian pengertian dakwah nampak begitu luas. Dalam keluasan tersebut terdapat kedalaman dimensi, yang dapat memberikan gambaran kepada kajian dakwah berikutnya.

Dalam dakwah terdapat dua dimensi besar, pertama, mencakup penyampaian pesan kebenaran, yaitu dimensi kerisalahan (bi ahsani qawl), serta kedua, mencakup pengaplikasian nilai kebenaran yang merupakan dimensi kerahmatan (bi ahsani amal).
Dimensi kerisalahan (bi ahsan al qawl) merupakan tuntunan dari Q.S. Al-Maidah 67 dan Ali Imran 104, dengan memerankan tugas Rasul untuk menyeru agar manusia lebih mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan Islam sebagai pandangan hidupnya.

Dengan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan yang demikian, maka Dakwah sedang mengarah kepada perubahan perilaku manusia pada tingkat individu maupun kelompok ke arah yang makin islami, yaitu gemar menunaikan Islam. Perubahan prilaku tersebut memungkinkan apabila kegiatan Dakwah dapat mempengaruhi tata nilai yang dianut oleh individu atau masyarakat.

Dengan demikian, dimensi kerisaahan (bi ahsan al qawl), mencoba menumbuhkan kesadaran diri dalam (individu/masyarakat) tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara islami (khususnya menyangkut Islam), sehingga terjadi proses internalisasi nilai Islam sebagai nilai hidupnya. Dengan kata lain Dakwah kerisalahan dalam prakteknya merupakan proses mengkomunikasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam. Dalam hal ini, (1) Islam merupakan sumber nilai, dan (2) Dakwah sebagai proses alih nilai. Dalam dimensi ini terdapat dua kajian besar yaitu Irsyad dan Tabligh.

Irsyad ialah penyebarluasan ajaran Islam yang sangat spesifik di kalangan sasaran tertentu. Ia menampilkan hubungan personal antara pembimbing dengan terbimbing. Ia lebih berorientasi pada pemecahan masalah individual yang dialami oleh terbimbing, sedangkan pembimbing memberikan jalan ke luar sebagai pemecahan masalah tersebut.

Disamping itu, ia juga mencakup penyebarluasan ajaran Islam di kalangan agregat tertentu dengan suatu pesan tertentu. Pesan itu merupakan paket program yang dirancang oleh pelaku Dakwah. Ia dirancang secara bertahap sampai pada perolehan target tertentu.Irsyad memiliki makna internalisasi, yaitu proses penaklukan ilham taqwa terhadap ilham fujur. Internalisasi ini sesuai dengan isyarat QS 73:1-8, yang menjelaskan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sebelum melaksanakan Dakwah kepada orang lain. Tujuannya agar diri sendiri menjadi matang.Irsyad juga bermakna transmisi, yaitu proses memberitahukan dan membimbing terhadap individu, dua orang, tiga orang atau kelompok kecil (nasihah) atau memberikan solusi atas permasalahan kejiwaan yang dihadapi (istisyfa).

Tabligh merupakan suatu penyebarluasan ajaran Islam yang memiliki ciri-ciri tertentu. Ia bersifat insidental, oral, massal, seremonial, bahkan kolosal. Ia terbuka bagi beragam agregat sosial dari berbagai kategori. Ia berubungan dengan peristiwa penting dalam kehidupan manusia secara individual atau kolektif. Disamping itu, ia juga mencakup penyebarluasan ajaran Islam melalui sarana pemancaran, atau sarana transmisi dengan menggunakan eletromagnetik, yang diterima oleh pesawat radio maupun televisi. Ia juga bersifat massal, bahkan bisa tanpa batasan ruang dan wilayah.

Tabligh juga bernakna difusi, yaitu proses penyebarluasan ajaran Islam dengan bahasa lisan dan tulisan melalui bermacam-macam media massa kepada orang banyak, baik secara serentak maupun tenggang waktu, tidak bertatap muka dan tidak bula bersifat monolog. Target kegiatan ini adalah mengenalkan Islam.Uraian di atas, melahirkan dua proposisi hakikat Dakwah, yaitu: (1) bahwa ia adalah proses internalisasi, transmisi, difusi, institusionalisasi, dan transformasi Islam dalam totalitas kehidupan manusia mukalaf guna mencapai hakikat tujuan hidup di dunia kini dan di akhirat kelak, dan (2) bahwa proses Dakwah dari segi konteksnya mengharuskan terjadinya ketumpangtindihan dalam fokus dan pemokusan dalam ketumpangtindihan.

Berbagai dimensi dan bentuk Dakwah di atas, fokus kegiatannya terdiri dari berbagai ragam kegiatan. Irsyad, meliputi bimbingan, konseling, Psikoterapi Islam dan penyuluhan. Sedangkan Tabligh, kajian Dakwahnya melalui media mimbar, media cetak, radio, televisi, film.

Dimensi dakwah yang kedua adalah Dakwah dimensi kerahmatan (bi ahsan al amal). Ia mengacu kepada firman Allah, Q.S. Al-Anbiya: 107. Dakwah kerahmatan ini, merupakan upaya mengaktualisasikan Islam sebagai rahmat (jalan hidup yang menyejahterakan, membahagiakan dan sebagainya) dalam kehidupan umat manusia. Dengan begitu, kalau dalam dimensi kerisalahan, Dakwah lebih cocok sebagai “mengenalkan Islam” maka dalam kerahmatan ini, Dakwah merupakan upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan. (Ahmad Watik Pratiknya,1992,191)

Dalam Dakwah kerahmatan ini, yang dituntut dan dituju ialah umat Islam secara terus-menerus berproses untuk membuktikan validitas Islam yang telah diklaim sebagai rahmatan lil alamin. Maka, bentuk karya Dakwah dari dimensi ini ialah berupaya menjabarkan nilai-nilai Islam normatif (dalam Qur’an dan Sunnah) Islam menjadi konsep-konsep kehidupan yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, mengupayakan bagaimana konsep operasionalnya, sehingga Islam tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam kehidupan nyata. Untuk perwujudan itu ada dua dimensi besar dakwah lainnya yaitu Tadbir dan Tathwir.

Tadbir ialah sosialisasi ajaran Islam kepada mad’u dengan mengoptimalkan fungsi lembaga atau organisasai dakwah formal maupun non formal, serta mencetak da’i profesional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tadbir mencakup pula makna institusionalisasi yaitu proses mengubah ajaran Islam menjadi pengamalan, berupa pelembagaan, pengorganisasian serta pengelolaannya.

Tathwir ialah sosialisasi ajaran Islam kepada masyarakat mad’u untuk mempertinggi derajat kesalehan perilaku individu dan kelompok, sehingga dapat memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Tathwir juga mencakup transformasi, maknanya yaitu proses mengubah ajaran Islam menjadi pengamalan, berupa pemberdayaan (taghyir dan tamkin) sumberdaya insani, lingkungan hidup dan ekonomi.

Demikian bahasan mengenai arti dan dimensi dakwah. Kini jelaslah bahwa dakwah tak hanya sekedar ceramah (yang merupakan bagian dari tabligh). Meskipun benar bahwa ceramah atau tabligh adalah bagian dari dakwah, namun dakwah tidak hanya itu. Masih banyak kajian dakwah lain selain dari ceramah, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Bahkan lebih dari itu, buku ini menyajikan secara rasional objektif, bahwa dakwah bukan hanya sebagai kegiatan semata, melainkan telah memenuhi berbagai dimensi syarat keilmuan. Baik Ontologi, Epistemologi, maupun Aksiologinya. Tak heran jika sejak beberapa dekade terakhir, Dakwah berdiri sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut dengan Ilmu Dakwah.

Inilah buku yang membahas dimensi keilmuan Dakwah tersebut. Menurut penulisnya, buku ini menghimpun sebagian dari pemikiran “Tha’ifah Bandung”. Ia diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada para pembaca, terutama para dosen dan mahasiswa Fakultas Dakwah di seluruh Tanah Air, untuk menekuni dakwah dan mengembangkan ilmunya. Sehingga Ilmu Dakwah semakin mendalam kajiannya serta dakwah semakin menyebar di tengah hidup dan kehidupan.

Meski demikian, para penulisnya juga menyadari bahwa dimensi dakwah: Bukan HANYA INI, tetapi INI HANYA bagian kecil dari kedalaman Ilmu Dakwah. Semoga, karya ini dapat bermakna dihadapan-Nya. Selamat Membaca.

0 Comments:

Post a Comment