01 Oktober 2009

Peringatan AIDS bagi Manusia

Oleh AEP KUSNAWAN, M.Ag

BERDASARKAN data Depkes RI akhir Juni tahun 2007 jumlah orang yang terinfeksi HIV, dilaporkan terdapat di 194 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Secara kumulatif orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia tercatat sebanyak 14.628 orang. Jumlah itupun tiap waktu cenderung terus bertambah. Banyak cara yang dilakukan orang untuk memperingati Hari AIDS, salah satunya ada yang membagikan kondom. Hal itu dilakukan mengingat AIDS menjangkit dan menular antara lain melalui (maaf) “seks bebas”.

Untuk menghindari persebaran Virus HIV, maka diupayakan mencari cara seks bebas yang ”aman” melalui alat pengaman kondom. Ada juga yang memperingati Hari AIDS setia dengan mensosialisasikan untuk tetap setia pada satu pasangan. Sebab dengan kesetiaan pada satu pasangan, lebih terkontrol perilaku seksnya. Hal itu wajar, jika pandangan yang dipakai, AIDS adalah sebagai salah satu penyakit, sehingga yang namanya penyakit selalu dicari obat serta upaya pencegahannya.
Namun pandangan itu mungkin akan menjadi sedikit lain, ketika AIDS tak hanya dipandang sebagai penyakit melainkan sebagai peringatan. Suatu peringatan yang lebih mengajak kepada kesadaran, segala perilaku yang menjadi penyebab timbulnya AIDS merupakan perilaku keliru, yang akan merugikan pelaku dan orang dekat yang dicintainya.

AIDS sebagai peringatan, akan membawa kesadaran ada sesuatu yang salah, ada sesuatu yang keliru, ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Ibarat orang yang mengidap penyakit magh, selain perlu obat, diketahui pula bahwa magh terjadi sebagai peringatan, bagi mereka yang pola makannya tidak teratur. Jadi penyakit magh adalah akibat dari adanya suatu sebab. Maka obat untuk menghindari dan mengobati penyakit magh yang paling paten, tentulah dengan menanggulangi penyebabnya, yaitu dengan menjalankan keteraturan dalam pola makan sehari-hari. Tidaklah cukup dengan obat tertentu, sementara pola makan tak diperbaiki. Sebab magh, hanyalah peringatan, bagi orang yang tidak menjaga keteraturan. Di mana semua anggota tubuh kita menuntut haknya untuk dipenuhi dan dilindungi.

Mengapa begitu? Sebab dunia ini diciptakan penuh dengan keseimbangan, penuh dengan keharmonisan. Siapa yang berjalan dalam keseimbangan dan tata aturan alam sebagaimana kehendak yang menciptakannya, maka ia berada dalam kondisi normal, stabil, sehat dan harmonis. Sebaliknya, siapa yang melanggar tata keseimbangan kehidupan, atau ”bermain api” dengan keteraturan itu, lambat laun akan berbenturan dengan yang lainnya, sehingga dapat melahirkan peringatan, ancaman, penyakit dan kerusakan pada stabilitas kehidupan.

Tata kehidupan yang dikehendaki oleh Pencipta alam, Allah Swt. terdapat pada alam itu sendiri (ayat Kauniyah), dan ada yang tertera sebagai bahan bacaan (ayat Qauliyah). Dalam pandangan yang lurus, antara keduanya tidak mungkin terdapat perbedaan, karena hadir dari ”produsen” yang sama, yaitu Allah. Jika begitu, maka kaitannya dengan peringatan Hari AIDS mengapa harus membagikan kondom ke masyarakat luas untuk menghindari AIDS?

Padahal ada kata kunci yang patri: JANGAN ENGKAU DEKATI ZINA. Mengapa harus dengan jangan gonta-ganti pasangan? Padahal ada idiom: JIKA SUDAH SAMPAI, MAKA SEGERALAH MENIKAH”.

Itulah salah satu kata kunci dari Yang Membuat dan menata aturan alam. Sosialisasi TIDAK BERZINA tentu lebih paten dari kondom, serta sosialisasi SEGERA MENIKAH tentu lebih paten dari hanya sekedar tidak gonta-ganti pasangan. Sebab dibalik pembagian kondom ke masyarakat luas, masih ada peluang orang untuk tetap melakukan Seks bebas.
Dibalik tidak gonta-ganti pasangan, masih ada celah untuk melakukan zina. Dan jika masih melakukannya, maka berarti ia masih tetap sedang ”bermain api”, penuh dengan resiko, dan tetap tidak steril dari kemungkinan terjangkitnya sebuah ”Monster” peringatan bernama AIDS.

Kembali pada normalitas yang ada pada keseimbangan alam yang sesuai dengan tata aturan agama, tentu merupakan resep yang paling aman untuk menghindari dan mengobati hadirnya AIDS. Itulah yang diajarkan Agama, dan mahasiswa maupun alumni jurusan BPI mesti mensosialisasikannya. Wallahua’lam

Penulis, Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Bandung, serta Mahasiswa Program S3 Konsentrasi Pendidikan Islam UIN Bandung.


0 Comments:

Post a Comment